Jumat, 25 Desember 2009

Goldenhar Syndrome


Tinggal di lingkungan perkotaan yang sarat dengan polusi menciptakan hidup tidak sehat. Namun, tidak banyak orang yang mempedulikan kondisi tersebut. Akibatnya fatal. Selain kematian, kondisi itu dapat mengakibatkan cacat fisik. Seperti yang dialami oleh keluarga Mochammad Achiyat (Jawa Pos/Rabu/12Agustus 2009).
Ayah empat anak itu mengalami keracunan timbal yang bersumber dari polutan gas. Tidak heran, Achiyat adalah pengusaha bengkel. Pemilik Bengkel Mobil Arek Suroboyo (BMAS) itu sehari-hari bergelut dengan otomotif.
Dampak keracunan timbal tersebut tidak tampak sebagai gangguan di tubuh Achiyat. Justru, putra bungsunya yang paling merasakan dampak buruk timbal. Putra keempatnya, Achmad Cholilul Rohman, terlahir cacat di bagian wajah. Dia mengalami goldenhar syndrome.
Aak – sapaan akrab Achmad Cholilul Rohman – terlahir dengan dahi kecil. Dia juga tidak memiliki langit-langit mulut. Selain itu, posisi dan bentuk kedua telinganya tidak normal. Bahkan, salah satu telinganya tertutup, “Jadi, fungsi pendengarannya tidak maksimal,” papar Achiyat.
Terlahir tanpa langit-langit mulut, Aak tentu tidak bisa makan sebagaimana anak lainnya. Karena itu, jalan makan bocah kelahiran 25 Januari 2005 itu harus melalui sonde, semacam selang yang langsung terhubung ke lambung. Makanan dan susu disalurkan lewat sonde itu setiap jam. Agar tetap higienis, Achiyat mengganti selang setiap minggu.
Friends, cerita di atas adalah cerita nyata yang disadur dari Jawa Pos edisi Rabu, 12 Agustus 2009. Ternyata, banyak kerugian yang disebabkan oleh polutan ketimbang kebaikannya, ya?
Goldenhar Syndrome dikenal juga dengan nama oculo-auriculo-vertebral (OAV) syndrome, atau oculoauricular dysplasia adalah kelainan bawaan yang sangat jarang terjadi. Orang pertama yang menemukan penyakit ini adalah Maurice Goldenhar (tahu kan, sekarang, darimana nama Goldenhar Syndrome muncul? ) di tahun 1952. Penyebabnya penyakit ini banyak, mulai genetik hingga racun tertentu yang ada di lingkungan. Tandanya adalah perkembangan telinga, hidung, langit-langit mulut lunak, bibir dan rahang bawah tidak sempurna, dan umumnya terjadi pada satu sisi wajah (sumber : The National Craniofacial Association).
Nah, kasus yang terjadi pada putra bungsu Mochammad Achiyat di atas disebabkan karena racun timbal dari produksi gas buang yang dihirup Mochammad Achiyat sepanjang hidupnya. Masya Allah, dampak racun timbal sungguh luar biasa.

Sekilas Tentang Timbal
Timbal dikenal sebagai logam berat. Beberapa jenis bahan bakar minyak, mainan, dan cat mengandung timbal. Prof. Dr. dr Hernomo O. Kusumobroto SpKD-KGEH, spesialis penyakit dalam RSUD dr. Soetomo Surabaya mengatakan, keracunan timbal bisa menyerang orang dewasa dan anak-anak.
Pria bergulat dengan otomotif, anak-anak bermain dan suka memasukkan aneka bahan ke mulutnya. Penyebaran timbal melalui udara dan masuk ke tubuh manusia dengan cara dihirup. Sifat timbal adalah menumpuk dalam darah. Timbal juga diendapkan dalam sumsum tulang. Akibatnya, produksi Hb (hemoglobin) terganggu.
Pada orang dewasa, kondisi ini berdampak pada penyakit ginjal kronis, pikun, hingga kejang-kejang. Timbal juga mengganggu organ reproduksi sehingga beresiko anak lahir cacat. Pada anak, kebanyakan berdampak pada kerusakan otak.
Nah, buat para cowok, ternyata timbal sangat mempengaruhi kualitas sperma, loh. Karena, setelah racun timbal, kualitas sperma seorang pria bisa menurun, terutama pada gerakan dan bentuknya. Sebelum menjadi sperma matang, bentuk awalnya adalah bulat. Nah, bila terkena racun timbal, ada gangguan pada proses pematangan sperma. Gerakan sperma jadi tak segesit yang normal. Bentuknya tak lengkap.
Kabar baiknya, meski kualitasnya jelek, bukan berarti DNA sperma pasti rusak. Masih ada kemungkinan DNA sperma tetap baik. Sebab, menurut Prof. Dr. dr Hernomo O. Kusumobroto SpKD-KGEH, belum terbukti logam berat merusak DNA sperma. Artinya, selama DNA sperma baik dan bertemu dengan DNA sel telur, bisa terjadi janin. Sebaliknya, jika DNA sperma jelek, malah tak jadi janin.
Anyway, mencegah keracunan timbal sebenarnya mudah banget. Berkaca pada kehidupan masyarakat jaman dulu yang masih langka penyakit keracunan timbal ini, pencegahan utama dari penyakit ini adalah dengan tidak berinteraksi langsung dengan timbal. Masalahnya, perkembangan teknologi dan modernitas dewasa ini sangat sulit membuat kita 100% bisa menghindari timbal. Saat berada di jalan raya, kita ketemu asap knalpot kendaraan bermotor. Mau menghindari produk berteknologi tinggi motor juga kita masih susah, sebab motor laksana kaki kedua bagi kita.
Jadi, sebaiknya kita mengenakan masker saat berada di jalan raya atau saat bersinggungan dengan asap kendaraan bermotor. Cara yang lain adalah minimalkan penggunaan kendaraan bermotor. Kalau masih bisa dijangkau dengan jalan kaki atau naik sepeda, mending kita pakai dua alat transportasi tradisional tersebut. Keuntungan lain menggunakan kaki atau sepeda untuk bepergian adalah meningkatkan kualitas udara bersih. Jadi, jantung sehat, udara bersih, dan global warming bisa dihindari.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bagus artikelya....

Bisa minta standrd kadar timbal dalam darah n urin manusia dewasa...???

Thanks...

Posting Komentar

Previous Post Next Post Back to Top