Selasa, 19 Januari 2010

Ahli Sedekah

Semua tentu sudah tahu jika sedekah sangat banyak manfaatnya. Selain menambah pahala, juga mampu menjembatani hubungan antara yang kaya dan yang miskin.
Namun, di antara kita semua, sudahkah rutin menjadi orang yang selalu bersedekah?
Periode resesi ekonomi yang tengah menghantam Indonesia belakangan ini membuat kita harus pandai-pandai mengatur keuangan. Setiap pos pengeluaran dicatat dengan cermat dan teliti. Prinsip ekonomi benar-benar diberlakukan. Keluarkan sesedikit mungkin modal untuk mendapatkan sebanyak mungkin barang.
Pusat-pusat perbelanjaan yang menggelar aneka diskon akhir tahun, awal tahun, diskon Valentine (ehm …), diskon ini, diskon itu laris manis diserbu pembeli. Bagi para kaum hawa, aneka diskon yang digelar berbagai pusat perbelanjaan itu ibarat mata air di tengah gurun yang kering dan tandus. Mereka dapat mempertahankan insting mempercantik diri dan penampilan dengan harga yang relatif miring.
Namun, setelah puas membelanjakan uang untuk beberapa potong baju, ingatkah mereka untuk menyedekahkan sebagian rejeki mereka kepada yang membutuhkannya? 99% pasti jawabannya TIDAK!
Sering saya mendengar ucapan para ibu tetangga di kompleks tempat saya tinggal, “Ah, saya sendiri juga hidup susah. Bagaimana saya akan menolong mereka jika saya sendiri juga butuh pertolongan?”
Terlalu sering saya mendengar kalimat-kalimat seperti itu. Diucapkan oleh orang-orang yang sangat berhati-hati menjaga hartanya, tapi tak sayang mengeluarkan sekian ratus ribu rupiah hanya untuk berbelanja baju dan barang-barang rumah tangga yang sebenarnya tak terlalu mereka butuhkan. Jika disinggung oleh suaminya kenapa mereka membeli baju (lagi), padahal baju yang dibeli bulan kemarin saja belum sempat dipakai, mereka selalu punya segudang alasan untuk menjawab.
Bukankah hal itu sangat ironis? Kepekaan mereka sebagai manusia telah tumpul digerus perkembangan jaman yang lebih menitik beratkan pada nilai materi dan duniawi semata.
Menurut saya, tak perlu menunggu sampai kita berharta dulu untuk bersedekah. Ingat, sedekah tidak melulu harus berwujud uang. Dia bisa diwujudkan melalui uluran tangan kita pada orang lain yang membutuhkan, ringan tangan membantu acara gotong royong RT, menghibur orang yang sedang kesusahan, bahkan tersenyum!
Benar, senyum adalah sebuah sedekah. Sangat ringan bukan, bentuk sedekah itu? Kita bahkan tak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan uang hanya untuk bersedekah.
Lagipula, Tuhan sudah menjanjikan pada kita, siapapun yang suka bersedekah akan diganti minimal 5x lipat. Jika kita menyedekahkan uang 1000 rupiah, kelak Tuhan akan menggantinya dengan uang 5000 rupiah. Jika kita bersedekah dengan tenaga kita, kelak saat kita sedang ditimpa kesusahan, selalu ada pertolongan datang pada kita.
Manusia modern sekarang sudah lupa dengan jati dirinya. Konsep manusia yang penuh welas asih sudah sejak lama menghilang dari bank ingatan mereka. Pelajaran moral yang sering diajarkan saat duduk di bangku sekolah dan kala mengikuti kegiatan ekstra kurikuler pramuka juga tak berbekas lagi dalam benak manusia. Tak mengherankan jika semakin lama orang miskin justru semakin bertambah di negara kita tercinta ini, bukannya semakin menyusut meski pemerintah sudah menggelontorkan dana sekian triliun rupiah untuk program pengentasan kemiskinan.
Itu bukan hanya karena dana yang tak sampai kepada masyarakat miskin, tapi juga karena saraf kepedulian kita terhadap sesama sudah semakin melemah. Kita sering tak peduli pada nasib tetangga sebelah rumah yang belum makan seharian penuh karena tak memiliki beras, yang penting kebutuhan kita bisa terpenuhi dengan baik. Kita sering mengerling jengkel pada pengemis jalanan yang “hanya” meminta uang 100 perak, padahal dalam dompet kita tertata rapi uang puluhan ribu rupiah jumlahnya.
Jujur saja, kita bahkan sering lupa jika 2,5% penghasilan kita haruslah disedekahkan bagi mereka yang lebih membutuhkan. Sebab itu bukan hak kita. Sudahkah teman-teman yang telah berpenghasilan sendiri menyedekahkan 2,5% hartanya pada yang membutuhkan?
Lupa dan tak peduli adalah dua kata yang berkorelasi sangat erat. Mereka akan memunculkan sikap egois pada diri manusia. Tayangan Tolong di RCTI adalah salah satu bukti nyata dari keegoisan manusia modern. Banyak yang bermobil, berpakaian bagus, berpendidikan tinggi menolak mentah-mentah kehadiran orang papa yang meminta pertolongan mereka. Bahkan tak jarang mereka menghardik, memaki, dan mengusir dengan kasar orang-orang papa itu. Sungguh, suatu tindakan yang tak pantas dilakukan oleh seorang manusia kepada manusia lainnya.
Jangan sampai kepedulian terhadap sesama manusia hanya diperuntukkan bagi sesama orang miskin saja – lihat tayangan Tolong RCTI, bukankah mayoritas penolong yang baik hati itu justru orang-orang yang sama miskinnya dengan yang ditolong? Dan, tolong, jangan menyanggah hal ini dengan kenyataan bahwa acara itu “hanya” sebatas reality show saja yang ceritanya mungkin sudah diskenario dengan baik oleh sang sutradara dan produser. Meski hanya reality show, tapi tayangan itu sudah mampu menyentil sisi kemanusiaan kita.
Mulai sekarang tumbuhkanlah sikap empati dan simpati kepada sesama. Bersedekah adalah salah satu jalannya. Sedekah mampu membersihkan seluruh harta dan jiwa kita. Sedekah juga mampu menyetabilkan keegoisan kita dan menghindarkan kita dari kesombongan.
Wow, ternyata besar juga efek samping dari sedekah, ya? Tentunya itu adalah efek samping yang bagus, bukan yang buruk. Karena tak ada cerita, orang yang rajin sedekah hartanya akan semakin habis. Justru, jika dia semakin banyak bersedekah, harta yang datang akan mengalir lebih deras lagi. Tentu saja … syaratnya adalah melakukannya dengan hati yang ikhlas, ya!
Jadi, tak ada keraguan lagi untuk menjadi ahli sedekah. Salah satu golongan manusia yang dimuliakan oleh Allah SWT.

0 komentar:

Posting Komentar

Previous Post Next Post Back to Top